
Lotim (ntbterkini.id)- Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Terara, Lombok Timur (Lotim), Muh. Zaini, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka pasca viralnya sebuah video di media sosial (Medsos) yang memperlihatkan dua siswinya menghina program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan kata-kata yang tidak pantas dan sopan.
Muh. Zaini, atas nama pimpinan dan seluruh perangkat kerja SMPN 1 Terara, menyampaikan penyesalannya atas insiden tersebut. Ia menyebut pihak sekolah telah berupaya melakukan berbagai pembinaan untuk mencegah hal serupa.
“Saya atas nama pimpinan dan semua perangkat kerja mengucapkan permohonan maaf. Ini sangat kita hindari dengan berbagai pembinaan dari sekolah,” ujar Zaini, Jumat (10/10/2025).
Sebaliknya, Ia juga menyayangkan penyebaran video tersebut yang membuat insiden ini menjadi viral di seluruh media sosial, hingga mencoreng citra daerah. “Kami mengakui, atas kejadian ini nama baik Terara, Lotim, Lombok, bahkan NTB menjadi tercoreng,” lanjutnya.
Menanggapi cepat insiden yang menuai kecaman publik ini, Pemkab Lotim, melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) pada DP3AKB Lotim langsung bergerak cepat.
Perwakilan PPA, Yuli, menjelaskan timnya langsung mendatangi sekolah untuk melakukan asesmen awal dan pendampingan. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui kronologi dan alasan siswi melakukan hal tersebut, sekaligus sebagai upaya melindungi hak keberlangsungan pendidikan bagi siswi yang terlibat.
“Mengetahui video tersebut, kami bersama tim langsung ke sekolah menemui anak-anak itu untuk asesmen awal,” jelas Yuli.
Yuli menegaskan, PPA akan berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk memastikan sanksi yang diberikan bersifat mendidik, tanpa kekerasan, serta menjamin hak pendidikan siswi tetap terpenuhi.
Ia juga menambahkan bahwa ketiga siswi tersebut saat ini juga merupakan korban media sosial dari oknum yang telah menyebarkan video tersebut.Sebagai langkah awal, PPA menyarankan pihak sekolah untuk meminta siswi tersebut membuat video permohonan maaf.
Video viral tersebut sudah ditayangkan sebanyak 325 kali menuai kritik keras dari warga Lotim. Tindakan tersebut dinilai tidak mencerminkan karakter pelajar yang seharusnya menghargai upaya penyediaan makanan bergizi di sekolah, dan dianggap menunjukkan lemahnya pembinaan karakter di lembaga pendidikan.(HAN)